Senin, 11 Juni 2012

Sebuah Cerita Tentang Manusia



Semua itu sama. Permulaan yang sama dan akhir cerita yang sama. Manusia hanyalah pelaku kehidupan ini namun manusia mempunyai hak atas drama yg mreka buat sendri.
Akan cerita yang sama, lakon yg sama dan rasa yang sama. Terkdang persamaan itu berulang hingga tak tentu kapan akan bertemu di titik akhir. Begitulah hakekatnya manusia yg tidak bisa berpijak di kaki mereka sendiri.
Rasa itu pada awalanya sama, begitu indah dan menyejukkan. Bahkan sering kita anggap sebagai sesuatu yang hakiki dan tidak akan ditemui lagi. Indahnya rasa itu perlahan memudar dengan keegoisan dan kemungkaran hati nurani yang tidak bisa melihat kebajikan sesama manusia. Namun, begitulah seadilnya manusia di bumi ini. mereka tidak bisa melawan keegoisan mereka sendri.
Perpisahan pun terjadi, hal ini merupakan rasa yang sama bagi pelaku-pelaku dunia itu. Konflik dan air mata menjadi peraduan jiwa yang hilang di bwah rasa permulaan yang sama. Di akhir yang sama itu, terlepaslah dua insane yg pernah mempunyai rasa yang sama dan janji yg sama. Di dunia luar setiap pasangan itu menemukan dunia yang sama, dunia yang manis di awal, penuh kenikmatan dan  indah. Begitu indahnya hingga para pelaku itu lupa bahwasanya itu merupakan awal persamaan kedua yang sama dan pernah terjalin indah dalam bingkai rasa yang sama. Perjalanan kedua merupakan perjalanan yang para pelaku cari dalam dunia ini, namun mreka hanyalah pelaku dengan cerita yang sama namun setting yang berbeda. Permainan apik dengan sejuta konflik dan penyelesain yang sama. Semua itu sama
Binarpun meredup, janji hanyalah janji yang sama terucap. Dalam perjalanan yang sama ini, para pelaku menikmati setiap akhir dalam drama mereka, menyaksikan perih yang sama dan rasa yang sama untuk memuaskan dahaga yang sama seperti dahulu. Insan-insanpun saling terlepas dari llingkaran mereka, melupakan janji yang sama dan kebijakan yang sama.
Perjalanan pun kembali dimulai dari pelaku-pelaku yang sama itu. Menyusun hidup yang sama, mengikaat janji yang sama dan menjalani permainan yang sama. Begitulah mereka, manusia dengan beban sebagai pelaku kehidupan yang sama, yang mencintai setiap rasa dan perih yang sama untuk sebuah akhir yang sama.

RIS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar