Minggu, 25 September 2011

Kesempatan Kedua

Masihkah kesempatan kedua itu?

Dear Readers,

Pertanyaan mengenai kesempatan kedua di dalam hidup sering kali hinggap di benak kita. Manusia  tidak pernah luput dari kesalahan dan dosa. Untuk itu Tuhan sering memberikan kesempatan kedua dalam hidup kita untuk melakukan hal yang lebih baik dari yang sebelumnya. Kesempatan kedua sering kali tidak selalu sama persis dengan kesempatan pertama, kesempatan kedua bisa datang disaat kita jauh lebih siap untuk mendapatkannya. Hidup manusia itu tidak ada yang sempurna. Kegagalan sering datang untuk menguji mental dan hati kita. Jika kita mampu mengolah kegagalan tersebut menjadi sebuah motivasi diri maka kesempatan kedua akan terbuka lebar. 

“Hidupku seakan hancur. Aku sudah diperkosa oleh kakak iparku, kini aku sedang menunggu hari untuk melahirkan sedangkan bulan depan aku sudah masuk universitas. Masihkah ada kesempatan kedua bagiku?”, L, 18thn, di Yogya. 

Tuhan memberikan segala permasalahan yang begitu pelik untuk menguji sejauh mana keimanan kita kepadaNya.  Banyak dari kita sering bertanya kenapa Tuhan sangat kejam dengan memberikan masalah-masalah yang cukup berat. Namun sebenarnya Tuhan hendak memberikan ujian kepada kita mengenai hidup. Jika kita hanya meratapi segala permasalahan tanpa melakukan hal apapun tentu hanya akan membawa kita pada kesusahan. Apa yang hendak Tuhan inginkan adalah keberhasilan kita melalui ujian-ujian yang Ia berikan agar kita menjadi manusia yang selalu ingat pada kodratnya. Apa yang dialami L bisa menjadi refleksi betapa berat keadaannya saat itu. Ditengah menunggu proses bersalin dan memasuki universitas, dia masih berharap datangnya kesempatan kedua untuknya di suatu hari nanti. L merasa hidupnya seakan sudah hancur dengan keadaan yang tidak ia inginkan ini. 

Hari yang dinantipun tiba, bayi perempuan cantik telah lahir dari rahim seorang ibu muda bernama L. Berita kelahiran anak L akhirnya terdengar oleh keluarganya di kota M melalui kawan L di Yogya. Rapat keluargapun diadakan. Akhirnya diputuskanlah bayi itu akan dirawat oleh kakaknya dan suaminya. L berusaha mengikhlaskan sembari melanjutkan studinya dan mencoba menata hidupnya lebih baik.

“Berat rasanya melepas darah dagingku sendiri. Namun ia lebih baik bersama dengan ayah kandungnya dan kakakku tanpa seorangpun yang tahu”.

Perasaan kehilangan L menjadi hal terberat yang harus L terima. Berpisah dengan darah daging menjadi hal yang teramat pilu bagi L seorang ibu yang baru saja melahirkan. Namun ia berpkir bahwa inilah jalan yang terbaik saat itu, mengingat L masih harus meneruskan studinya. Pengakuan anak yang tidak mungkin L dapatkan menjadi salah satu alasan terbesar ia harus berpisah dr darah dagingnya. Bersama kakak dan iparnya, anak L mampu mendapatkan surat pengakuan anak yang legal dibanding jika harus hidup dengan L yang tanpa status dan belum mapan. Beban yang L tanggung menjadi titik balik perubahan konsep diri bahwa ia harus bisa menjalani hidupnya. Perubahan konsep diri yang L lakukan menjadi motivasi terbesarnya bahwa harus mampu berbuat sesuatu demi masa depannya. 

“Aku sudah menamatkan kuliahku dan sekarang aku sudah bertemu dengan seseorang yang kukenal baik dan mau menerimaku. Sungguh, hatiku sangat bahagia”.

Perjalanan hidup L akhirnya bermuara pada suatu masa ketika ia sudah menyelesaikan studinya dan bertemu dengan seseorang yang mampu menerima masa lalunya. Pertemuan dengan laki-laki yang sanggup menerima keadaanya menjadi sebuah kesempatan kedua dari Tuhan yang diberikan kepada L disaat yang tepat. L menyadari hal ini sebagai karunia atas segala proses yang tidak mudah selama bertahun-tahun. Dengan kematangan pribadi dan keikhlasan untuk menjalani hidup membawa L ke suatu  perubahan dalam hidupnya. L kini sudah resmi menjadi seorang istri dari laki-laki yang bertanggung jawab dan mau menrima dia apa adanya. L merasa semua ini adalah berkah dari Tuhan. Tahun demi tahun berlalu, tak terasa hampir 18 tahun berlalu sejak kejadian itu . Kini L sudah mempunyai keluarga kecil yang sangat bahagia dengan hadirnya 3 anak yang terlahir dari rahimnya.. Jika saat rindu melanda, L hanya bisa menelpon kakaknya dan menanyakan keadaan anak perempuan yang dulu ia pernah lahirkan dan harus terpisahkan. 

“Aku berharap masih mempunyai kesempatan kedua untuk merawatnya. Sungguh, aku sangat mencintainya dan merindukannya ada di pelukanku”.

L kembali ke kota Yogya setelah suaminya menyelesaikan pekerjaannya di kota J. L kembali ke kota dimana ia melewati masa-masa terberat yang pernah dijalani. Namun L tidak pernah putus asa, ia melihat anak-anaknya sebagai pemicu semangat dia untuk selalu bangkit ketika sedang terpuruk. L mencoba membantu perekonomian keluarga dengan membuka sebuah warung makan dan membeli sebuah rumah untuk ia dan beserta suami dan anak-anaknya tempati. Suami L sangat mngerti bakat L dibidang memasak dan memberinya modal untuk membuka usaha dibidang makanan. Suami L juga meminta kerelaan L untuk menutup auratnya sebagai wujud cintanya kepada Tuhan dan kepatuhannya kepada suaminya. L pun menyanggupi dengan bahagia, hidupnya kini seakan terarah dan berjalan dengan baik. Pertengahan tahun 20xx, L mendapatkan kabar dr kakaknya bahwa anak perempuannya  diterima di sebuah perguruan tinggi swasta di Yogya dan ia meminta agar anaknya bisa tinggal dan dirawat oleh L. Apa yang L minta tentang kesempatan kedua akhirnya Tuhan berikan disaat L tidak mampu berencana apapun. Ya, Tuhan telah mendengar doa dari seorang ibu bernama L. Kini L bisa merawat anak perempuannya yang telah terpisah selama 18 tahun di rumahnya sendiri, dengan keadaan yang jauh berbeda. Batin L jauh lebih tertata. Pertemuanpun akhirnya tiba. Ditatapnya sosok yang selama ini ia nantikan, sekilas ada kemiripan diantara mereka. L pun menyadari bahwa ia telah mendapatkan kesempatan kedua tersebut.

“Biarlah itu tersimpan rapat untukku dan keluarga besarku mengenai hal itu demi masa depan anakku. Bagiku kembali merawat buah hati yang telah lama berpisah dariku jauh lebih berarti untukku tanpa perlu ia tahu bahwa aku ibu kandungnya.”

Apa yang dialami L memang tidak mudah, terlebih ia harus mengikhlaskan jati dirinya sebagai ibu kandung dari anak perempuan yang kini ia rawat setelah berpisah hampir 18 tahun demi kepentingan jiwa dan masa depan anaknya. L cukup bersyukur dipertemukan kembali dengan anak perempuannya dan menjalani hidupnya bersama anak-anaknya. So readers, Tuhan itu maha mendengar. Dia mendengar semua doa kita dan harapan kita akan kesempatan kedua. Kita tidak akan pernah tahu kapan kesempatan kedua itu akan datang, namun kita harus yakin bahwa suatu saat kita akan mendapatkannya di waktu yang tepat. Belajarlah dari kegagalan, karena kegagalan adalah guru terbaik dalam hidup ini.

RIS


Tidak ada komentar:

Posting Komentar