Senin, 11 Juni 2012

Sebuah Cerita Tentang Manusia



Semua itu sama. Permulaan yang sama dan akhir cerita yang sama. Manusia hanyalah pelaku kehidupan ini namun manusia mempunyai hak atas drama yg mreka buat sendri.
Akan cerita yang sama, lakon yg sama dan rasa yang sama. Terkdang persamaan itu berulang hingga tak tentu kapan akan bertemu di titik akhir. Begitulah hakekatnya manusia yg tidak bisa berpijak di kaki mereka sendiri.
Rasa itu pada awalanya sama, begitu indah dan menyejukkan. Bahkan sering kita anggap sebagai sesuatu yang hakiki dan tidak akan ditemui lagi. Indahnya rasa itu perlahan memudar dengan keegoisan dan kemungkaran hati nurani yang tidak bisa melihat kebajikan sesama manusia. Namun, begitulah seadilnya manusia di bumi ini. mereka tidak bisa melawan keegoisan mereka sendri.
Perpisahan pun terjadi, hal ini merupakan rasa yang sama bagi pelaku-pelaku dunia itu. Konflik dan air mata menjadi peraduan jiwa yang hilang di bwah rasa permulaan yang sama. Di akhir yang sama itu, terlepaslah dua insane yg pernah mempunyai rasa yang sama dan janji yg sama. Di dunia luar setiap pasangan itu menemukan dunia yang sama, dunia yang manis di awal, penuh kenikmatan dan  indah. Begitu indahnya hingga para pelaku itu lupa bahwasanya itu merupakan awal persamaan kedua yang sama dan pernah terjalin indah dalam bingkai rasa yang sama. Perjalanan kedua merupakan perjalanan yang para pelaku cari dalam dunia ini, namun mreka hanyalah pelaku dengan cerita yang sama namun setting yang berbeda. Permainan apik dengan sejuta konflik dan penyelesain yang sama. Semua itu sama
Binarpun meredup, janji hanyalah janji yang sama terucap. Dalam perjalanan yang sama ini, para pelaku menikmati setiap akhir dalam drama mereka, menyaksikan perih yang sama dan rasa yang sama untuk memuaskan dahaga yang sama seperti dahulu. Insan-insanpun saling terlepas dari llingkaran mereka, melupakan janji yang sama dan kebijakan yang sama.
Perjalanan pun kembali dimulai dari pelaku-pelaku yang sama itu. Menyusun hidup yang sama, mengikaat janji yang sama dan menjalani permainan yang sama. Begitulah mereka, manusia dengan beban sebagai pelaku kehidupan yang sama, yang mencintai setiap rasa dan perih yang sama untuk sebuah akhir yang sama.

RIS.

Daily Loveshit Quotes


Why should you let it in while your heart says no, love never pretends to be something real. It appears in your heart when you are ready to celebrate it. Love never asks time to wait but love asks passion from us.

Love talks nothing, but it gives you plenty of happiness. When you are in love, you will leave your integrity for a while and let love talks in its language. You won’t hide anything from love but you will give your soul to make it alive.

Love never demands us to dream, but it demands us to be real. Love never hides anything, but it shows the real life of burnt soul.

When you are being rejected by love, you don’t have to punish your effort. Love would thank it in its way. 

Love is a kind feeling. It never counts your patience nor your effort. It never leaves you alone; it will accompany you to the end.

If you feel that you are tired enough to wait for a love, just let it blow in the wind because you can not just hold the same thing at the same time. Love will come and greet you in the right time.

When the relationship seems so far from ideality all you have to do is just let it be. Once you force something you will end up your self in solitude. Love is miserable if we ask for more and more. 

Marriage is not the way to escape from horrible relationship. 

A man would never honor the beauty of love unless he has broken by love.

You don’t have to believe in love, love will make you believe in its way. 

I will close my eyes to see how beautiful you lie to me

Betrayal is seen as a hurtful thing but at least we know how much his love for us.

I have no fear to see the world. I stand with my own feet. I enjoy every food I eat, clothes I wear, and night to sleep in. I am no longer a marginalized girl who begs for kiss and hug to be in love with. For the good and bad I declare my self free from the battlefield. I take control over my own life and won’t let anyone ruin it.

Selasa, 08 Mei 2012

One time

Here I am
watching over the deep blue sky
hoping that it won't ever turn dark
But universe has proposed
the unity of two
breaking the warmth of soul
the puzzles have scattered

How do I get my self crystal clear
about a moment I used to love
about tears I took it for granted
about journey I should end too early

I buried this loneliness
inside the beauty of universe
till the wake-up-call
I have nothing
but this empty bench

Minggu, 27 November 2011

A picture of a broken glass


Picture of a broken glass
Have your ever touched a broken glass?
That was when I saw a picture of us
Real and painful
For the kids I cared
I thought it wasn’t all true
Cursing for praise I did
Broke every heart of souls
It was like a horrible night for us
Being intimidated and killed
For every promise you said
Was a lie…
RIS

CHOICE
For every page I wrote
Was full of surprised moments
Of kids, love, and family
For the following chapter of us
I found it ruined and disappeared
Walking alone on my bare foot
To find the missing chapter of us
For the kids I cared
For the love I gave
For the souls I surrender
I had nothing but this empty room

RIS

Kamis, 29 September 2011

Jodoh Oh Jodoh…..

Jodoh Oh Jodoh…..

Dear Readers,

Pertanyaan mengenai jodoh memang sedikit menyesakkan dada terutama bagi perempuan yang sedang harap-harap cemas menunggu jodoh di ujung usia 30an. Seringkali kita bertanya dengan siapakah kelak kita akan berjodoh dan dimana tepatnya kita akan bertemu dengannya. Well..semua itu normal bagi setiap manusia yang sedang berada dalam masa pencarian jodoh. Jodoh merupakan rahasia Ilahi yang hanya Dialah yang tahu kapan dan dimana kita akan bertemu dengan jodoh kita. Di dunia ini sering kita jumpai pasangan yang berjodoh dengan berbeda latar belakang namun mereka dipertemukan untuk saling melengkapi satu sama lain. 

“Aku terlahir dari keluarga militer, keras dan disiplin tinggi namun suamiku dari golongan biasa yang cenderung lemah lembut dan penyabar. Perbedaan ini amat timpang ketika di awal pernikahan. Tp mungkin ini maksud Tuhan mempertemukan aku dengannya. Hidupku telah lengkap dengan 2 anak perempuan dan 1 anak laki-laki yang kami angkat”, Ny. A di Semarang.

Tuhan selalu memberikan kita yang terbaik walaupun terkadang kita harus berputar otak untuk mengerti maksud Tuhan pada hidup kita. Terlebih jika menyangkut hal jodoh, rasa-rasanya kita selalu bersandar padaNya namun belum ada petunjuk apapun mengenai hal itu. Sering kita menjumpai pernikahan yang kandas di usia dini maupun pernikahan yang sudah bertahan lama. Semua itu bagian dari perjalanan jodoh manusia untuk menemukan jodoh yang sebenarnya. Terkadang manusia harus melewati kegagalan dan kesusahan sebelum ia merasakan kebahagiaan yang sebenarnya. Ya, kebahagian manusia terletak pada kematangan dirinya baik dr segi mental, fisik, dan rohani. Berbicara jodoh memang erat kaitannya dengan pernikahan. Ketika pernikahan hanya terbentuk dari segi ego namun tidak disertai kematangan mental dan rohani tentunya akan berakhir dengan kegagalan. Namun berbeda halnya dengan pernikahan yang dilandasi dengan kematangan dari segi mental, fisik dan rohani yang akan membentuk landasan pernikahan yang insyaalloh kuat sampai akhir hayat. 

Sebelum menelisik mengenai jodoh, ga ada salahnya kita membaca sebentar kutipan kisah nyata yang dituturkan oleh seorang perempuan berinisial Ny. U di akhir tahun 2007.

*** Aku dibesarkan dari keluarga yang mapan dan terpelajar di kota Y. Kisahku berawal ketika aku duduk di semester akhir di sekolah pendidikan guru akhir tahun 80. Saat itu aku mengenal seorang laki-laki dari sahabat terdekatku, Bram. Laki-laki itu kurang lebih seusiaku. Parasnya tampan dan aku melihat sinar mata yang teduh dari dirinya. Hari demi haripun kami lalui, layaknya sepasang kekasih yang sedang jatuh cinta, kamipun selalu bersama hingga akhir kuliahku di tahun 81. Selepas wisuda dia  memutuskan untuk merantau ke kota L. Awal bulan Januari, dia pergi meninggalkanku. Aku lepas kepergian dia dengan doa dan harapan masa depan kami yang cerah. Sepeninggal dia tak ada firasat buruk datang  padaku sampai dipertengahan minggu kedua.

“Aku merasa ada yang aneh dengan tubuhku yang sering jatuh pingsan dan muntah-muntah di kamar mandi. Tanpa pikir panjang aku langsung ke bidan terdekat dan ternyata aku sudah hamil 6 minggu”. Ny. U

Perasaanku sungguh sangat kacau karena aku takut ini akan menjadi aib jika keluarga besarku tahu. Telegrampun aku kirim ke alamat dia, namun tidak ada balasan. Berminggu-minggu aku tunggu namun tetap tidak ada surat di kotak posku. Hatiku semakin tidak karuan, aku hanya mengurung diri di kamar sepanjang hari.

“Atas bantuan kawan, aku menemukan alamat orang tua pacarku di daerah jawa barat. Alangkah terkejutnya aku ternyata dia sudah menikahi kawan sesama guru di kota L tempat dimana ia bekerja. Dengan perut yang sudah terlihat membuncit akupun pulang…”

Aku paksakan hati untuk menerima kenyataan ini dan bercerita kepada ibuku, seorang single-parent yang ternyata masih mau menerimaku. Ya, anakku akhirnya aku lahirkan dan besarkan sendiri tanpa kehadiran bapaknya. Tahun demi tahun berlalu, akupun sudah bekerja sembari mengurus anakku. Di tempatku bekerja aku mengenal seorang laki-laki yang umurnya jauh lebih muda daripada aku. Dialah yang sering mengantar jemput anakku sekolah di TK. Seringnya aku bertemu dengannya membuahkan getar-getar cinta antara aku dan dia. 1 tahun berselang, diapun meminangku.

“Aku sungguh bahagia akhirnya aku menemukan pria yang benar-benar tulus mencintaiku dan bertanggung jawab”.

Pernikahanpun dihelat, anakku perempuan menjadi saksi mungil kebahagianku saat itu. Dengan statusku mempunyai 1 anak tanpa status pernikahan tidak membuat keluarganya ragu melamarku. Bagiku semua itu sudah cukup untuk menebus kesalahanku bertemu dengan laki-laki sebelumnya.

Tahun berlalu dan akupun melahirkan anak keduaku yang ternyata juga perempuan. Namun aku dan bapak (begitu panggilanku pada suamiku) menerima dengan ikhlas pemberian Tuhan ini. Tahun berikutnya aku melahirkan seorang anak laki-laki. Sungguh semua ini adalah anugrah. Aku dan bapak  sangat mensyukuri berkah ini. Kondisi perekonomian kamipun semakin baik, bapak dan aku memutuskan untuk tidak lagi menambah anak. Namun Tuhan berkendak lain, dari tahun 87-90 aku melahirkan 2 anak lagi. 1 laki-laki dan adiknya perempuan. Jumlah semua anak kami menjadi 5, 1 anak perempuan dari yang aku bawa dulu. Bapakpun mensyukuri smua berkah ini, akupun demikian. Kami berdua banting tulang untuk menghidupi kelima anak kami. Aku tidak bisa hanya mengandalkan gaji bapak yang seorang supir bis kota. Aku bekerja sebagai guru SD di dekat rumahku. Kondisi perekonomian yang labil membuat bapak harus sering lembur tengah malam sebagai supir taksi oplosan. Sungguh, dengan kelima anak ditambah 2 orang dewasa sangat berat bagi pernikahan kami yang belum genap 10 tahun. 

Dengan beban 5 anak dan 2 org dewasa membuat bapak jadi jarang dirumah. Waktu dia habis buat mencari penumpang di jalan. Gajiku sebagai guru SDpun tidak mampu menyukupi kebutuhan rumah tangga. Namun aku sangat mengerti kondisi ini dan tidak menuntut banyak dari bapak. Aku hanya bisa berkirim doa disaat bapak jarang pulang ke rumah. Sore hari ketika  aku sedang dirumah tiba-tiba kawan bapak datang.

“Rino, kernet bus bapak, memergoki bapak sedang di rumah bordil di dekat stasiun T bersama dengan seorang wanita muda yang bekerja sebagai pelacur. Ternyata bapak sudah berbulan-bulan hidup 1 rumah dengan wanita itu… Hancur sudah hatiku, tubuhku seakan dihantam keras oleh sesuatu…”

Aku tidak bisa berpikir jernih mengapa bapak bisa setega itu padaku. Dengan langkah gontai, aku gendong anak perempuanku yang paling kecil menuju rumah bordil yang sudah terkenal di kotaku. Air mata bercucuran di pipiku, menahan sakit yang tak mungkin aku ceritakan kepada anak-anakku. Tentang hati yang sudah tercabik, tentang pernikahan yang sudah ternoda. Aku langkahkan kakiku menuju sebuah gang kecil. Kutanya setiap perempuan yang duduk menanti pelanggan dengan nada terisak mencari keberadaan suami dan bapak dari anak-anakku. Akhirnya langkahkupun berhenti disebuah kamar kos di ujung gang, di pintu yang tidak tertutup rapat aku dapati tubuh bapak terbujur dengan bau alcohol menyengat bersama seorang wanita sedang berias disampingnya. Aku terisak dan menarik baju bapak untuk membangunkannya.

“Pergi kau, aku bosan bertahun-tahun hidup miskin dengan kamu. Aku tidak akan pulang ke rumah dan aku tidak peduli dengan anak-anakmu. Aku mau menikmati hidupku disini. ” 

Aku tidak percaya bapak bisa berbicara seperti itu kepadaku dan dihadapan anak perempuannya. Aku menampar pipi bapak keras dan bapakpun bangun dari posisi tidurnya dan menarik lengan wanita pelacur itu pergi dari rumah kost itu. Bagai petir di siang hari, aku melihat bapak sebagai seorang laki-laki yang tidak pernah aku kenal sebelumnya. Tidak ada lagi cinta tersirat di matanya untukku dan anak-anak. Dengan peluh dan dada yang sesak, akupun pulang. Di jalan anakku perempuan terus memanggil “bapak-bapak” namun kata itu seakan menjadi duri bagi hatiku yang telah menusuk dalam.

Setelah kejadian itu, aku tidak lagi mencari bapak. Aku hanya berdoa kepada Tuhan, jika memang ia jodohku maka Engkau akan kembalikan dia padaku dalam kondisi apapun. Status pernikahankupun sudah tidak aku pikirkan lagi. Aku hanya ingin membesarkan kelima anakku tanpa seorang suami disampingku. Bertahun-tahun aku mencoba melupakan dan memaafkan bapak demi anak-anakku. Waktu berlalu, entah berapa kali lebaran aku lewati bersama anak-anakku. Kini anakku yang kedua sudah beranjak dewasa. Usia sudah menginjak 24 tahun, dan sebentar lg akan dilamar. 

“Buk, apa boleh aku mencari bapak? Hery akan melamarku bulan depan dan bapak harus menjadi wali nikahku nanti. Maafkanlah bapak buk…” Ujar anakku.

Bagai diiris sembilu, kini aku harus mampu mengalah demi anakku. Kuiizinkan dia mendatangi rumah bordil bersama dengan pacarnya untuk meminta restu di hari pernikahan. Sungguh beruntungnya anakku, Hery mau menerimanya apa adanya termasuk kondisi kami yang memang bukan dari keluarga yang utuh.
Hari pernikahanpun tiba. Semua orang sudah bersiap menhadiri prosesi ijab qobul anak perempuanku. Petugas KUA setempat sudah hadir setengah jam yang lalu, kami semua hanya menunggu seseorang yang telah lama tidak kami jumpai. Menitpun berlalu, aku pun dibuat resah dengan keadaan yang tidak pasti. Namun dari jauh, samar-samar aku melihat sosok tegap yang pernah aku kenal berpuluh-puluh tahun yang lalu. Ya, dialah suamiku…

“Tubuhnya kurus dan terlihat susah berjalan. Smua mata memandangnya sebagai orang yang hina dan tega meninggalkan aku dan anak-anak. Aku pun menjemputnya dan memapahnya memasuki ruangan ijab qobul. Tak sepatah katapun terucap darinya”. 

Sejak pernikahan anakku itu aku tidak pernah bertemu dengan bapak lagi. Kini aku menanti kehadiran cucuku. Seperti calon nenek yang lain, akupun tengah sibuk menyiapkan segala keperluan menyambut cucu pertamaku. Senin wage, lahirlah cucuku yang pertama. Ya, cucuku adalah perempuan. Hidungnya sangat mancung, mirip ayahnya. Tahun berlalu, tepatnya 2 tahun setelah pernikahan anakku, aku mendapat telpon dari seseorang. 

“Bu maaf, ini bapak sedang sakit keras dan tidak ada yang mengurus. Mohon ibu datang ke alamat ini…”

Telponpun terhenti, tak sempat aku bertanya siapakah yang menelpon tadi, namun samar-samar aku dengar suara itu mirip suara Rino, kernet bus bapak dulu. Bibirku terkatup, mataku kosong dan tak sadar air mataku mengalir. Aku arahkan kakiku menuju pangkalan taxi dan melaju ke alamat tersebut.

“Bapak tinggal kulit dan tulang, dengan perut membesar dan tak mampu berjalan sama sekali. Di sampingnya hanya ada susu dingin dan remahan biscuit… Oh Tuhan, inikah suamiku yang selama 18tahun pergi dari rumah…”

Tak mampu berkata apa-apa, aku bopong bapak menuju taxi. Taxipun melaju ke rumah sakit terdekat. Aku dekap erat tubuh bapak sambil menahan tangis. 

“Bu, maafkan bapak  bu. Bapak ingin kembali ke ibuk. Bapak salah meninggalkan ibuk dan anak-anak. Bapak ingin meninggal di samping ibuk dan anak-anak”.

Tubuhku semakin merapat ke tubuh bapak yang kian lemah, aku peluk dan usap rambut bapak bagai seorang anak kecil yang kembali dari tempatnya selama ini pergi. Tiada lagi emosi ato dendam yang aku rasakan. Tuhan mendengar doaku stelah berpuluh-puluh tahun. Dia mengembalikan suamiku dan aku menerimanya dalam kondisi yang tak sesempurna dulu.

3 bulan berselang. Aku merawat bapak dirumah bersama anak-anakku. Tubuh bapak semakin melemah setiap hari. Asupan buburpun sudah tidak mampu masuk ke dalam tubuh bapak. Menjelang subuh bapak membangunkan aku dengan meremas tanganku kuat-kuat. Akupun terbangun, dan kudapati kaki bapak sudah dingin dan kaku. Air mata mengalir dari sela matanya yang sayu. Aku angkat kepala bapak ke pangkuanku dan perlahan aku tuntun bapak membaca syahadat namun bapak sudah tidak mampu membuka bibirnya. Aku usap air mataku dan terus mengucapkan syahadat untuk bapak dan tiba-tiba seluruh tubuh bapak sudah dingin. Bapak sudah benar-benar pergi. Kututup mata bapak yang belum terpejam dan kulafazkan adzan di telinga bapak…

“Separo lebih hidupku telah aku jalani tanpa bapak disisiku. Kini yang tersisa hanya memori. Ya, hanya memori akan makna  hidup yang kujalani. Tentang jodoh yang memang Tuhan kembalikan padaku. Aku telah melakukan baktiku sebagai istri sampai akhir hayatnya tanpa jijik maupun emosi menrima bapak kembali. Ya, virus mematikan itu telah mengakhiri perjalanan hidup bapak…”

How was it Readers? Well… kisah diatas diangkat dari kisah nyata yang dituturkan langsung di sekitar tahun 2007. Akupun menghadiri pemakamannya dan semua orang tampak berusaha ikhlas dengan ketentuan takdir ini. Kisah Ny. U menjadi cermin bgi kita yang belum menikah sebagai bahan pembelajaran yang sangat berarti. Tuhan selalu memberikan kita yang terbaik disaat yang tepat  untuk kita mensyukuri kebesaranNya. Manusia sudah diatur perihal jodohnya ketika masih dalam berupa gumpalan di rahim. Disitulah Tuhan meniupkan ruh padanya dan diaturnya hidup, rezki, jodoh dan kematiannya. So Readers…jalan jodoh hanya Tuhan yang tahu. Persiapkan diri kalian dengan bekal ilmu pernikahan dan rumah tangga yang baik serta landasan agama yang kokoh, insyalloh rumah tangga sakinah akan kalian dapati. 

Kembali ke permasalahan jodoh….Hmmm bagi yang sedang menanti jodoh memang disarankan bersabar dan berikhtiar karena segala sesuatunya butuh kematangan (duh berat nie..wehehe). Dear Readers setia, ga ada salahnya kita menggunakan waktu kita selagi menunggu jodoh dengan melakukan kegiatan positif. Misalkan; membaca buku mengenai konsep pernikahan, management rumah tangga dan cara mendidik anak (eitsss itu penting lohh). Dengan membekali berbagai pengetahuan mengenai seluk beluk pernikahan akan jauh lebih bermanfaat daripada kita menghabiskan waktu hang-out bersama teman-teman di club ato tempat karoke yang hanya membuang energy positif yang ada dalam diri kita.

Salam Semangat !!

RIS

Minggu, 25 September 2011

Kesempatan Kedua

Masihkah kesempatan kedua itu?

Dear Readers,

Pertanyaan mengenai kesempatan kedua di dalam hidup sering kali hinggap di benak kita. Manusia  tidak pernah luput dari kesalahan dan dosa. Untuk itu Tuhan sering memberikan kesempatan kedua dalam hidup kita untuk melakukan hal yang lebih baik dari yang sebelumnya. Kesempatan kedua sering kali tidak selalu sama persis dengan kesempatan pertama, kesempatan kedua bisa datang disaat kita jauh lebih siap untuk mendapatkannya. Hidup manusia itu tidak ada yang sempurna. Kegagalan sering datang untuk menguji mental dan hati kita. Jika kita mampu mengolah kegagalan tersebut menjadi sebuah motivasi diri maka kesempatan kedua akan terbuka lebar. 

“Hidupku seakan hancur. Aku sudah diperkosa oleh kakak iparku, kini aku sedang menunggu hari untuk melahirkan sedangkan bulan depan aku sudah masuk universitas. Masihkah ada kesempatan kedua bagiku?”, L, 18thn, di Yogya. 

Tuhan memberikan segala permasalahan yang begitu pelik untuk menguji sejauh mana keimanan kita kepadaNya.  Banyak dari kita sering bertanya kenapa Tuhan sangat kejam dengan memberikan masalah-masalah yang cukup berat. Namun sebenarnya Tuhan hendak memberikan ujian kepada kita mengenai hidup. Jika kita hanya meratapi segala permasalahan tanpa melakukan hal apapun tentu hanya akan membawa kita pada kesusahan. Apa yang hendak Tuhan inginkan adalah keberhasilan kita melalui ujian-ujian yang Ia berikan agar kita menjadi manusia yang selalu ingat pada kodratnya. Apa yang dialami L bisa menjadi refleksi betapa berat keadaannya saat itu. Ditengah menunggu proses bersalin dan memasuki universitas, dia masih berharap datangnya kesempatan kedua untuknya di suatu hari nanti. L merasa hidupnya seakan sudah hancur dengan keadaan yang tidak ia inginkan ini. 

Hari yang dinantipun tiba, bayi perempuan cantik telah lahir dari rahim seorang ibu muda bernama L. Berita kelahiran anak L akhirnya terdengar oleh keluarganya di kota M melalui kawan L di Yogya. Rapat keluargapun diadakan. Akhirnya diputuskanlah bayi itu akan dirawat oleh kakaknya dan suaminya. L berusaha mengikhlaskan sembari melanjutkan studinya dan mencoba menata hidupnya lebih baik.

“Berat rasanya melepas darah dagingku sendiri. Namun ia lebih baik bersama dengan ayah kandungnya dan kakakku tanpa seorangpun yang tahu”.

Perasaan kehilangan L menjadi hal terberat yang harus L terima. Berpisah dengan darah daging menjadi hal yang teramat pilu bagi L seorang ibu yang baru saja melahirkan. Namun ia berpkir bahwa inilah jalan yang terbaik saat itu, mengingat L masih harus meneruskan studinya. Pengakuan anak yang tidak mungkin L dapatkan menjadi salah satu alasan terbesar ia harus berpisah dr darah dagingnya. Bersama kakak dan iparnya, anak L mampu mendapatkan surat pengakuan anak yang legal dibanding jika harus hidup dengan L yang tanpa status dan belum mapan. Beban yang L tanggung menjadi titik balik perubahan konsep diri bahwa ia harus bisa menjalani hidupnya. Perubahan konsep diri yang L lakukan menjadi motivasi terbesarnya bahwa harus mampu berbuat sesuatu demi masa depannya. 

“Aku sudah menamatkan kuliahku dan sekarang aku sudah bertemu dengan seseorang yang kukenal baik dan mau menerimaku. Sungguh, hatiku sangat bahagia”.

Perjalanan hidup L akhirnya bermuara pada suatu masa ketika ia sudah menyelesaikan studinya dan bertemu dengan seseorang yang mampu menerima masa lalunya. Pertemuan dengan laki-laki yang sanggup menerima keadaanya menjadi sebuah kesempatan kedua dari Tuhan yang diberikan kepada L disaat yang tepat. L menyadari hal ini sebagai karunia atas segala proses yang tidak mudah selama bertahun-tahun. Dengan kematangan pribadi dan keikhlasan untuk menjalani hidup membawa L ke suatu  perubahan dalam hidupnya. L kini sudah resmi menjadi seorang istri dari laki-laki yang bertanggung jawab dan mau menrima dia apa adanya. L merasa semua ini adalah berkah dari Tuhan. Tahun demi tahun berlalu, tak terasa hampir 18 tahun berlalu sejak kejadian itu . Kini L sudah mempunyai keluarga kecil yang sangat bahagia dengan hadirnya 3 anak yang terlahir dari rahimnya.. Jika saat rindu melanda, L hanya bisa menelpon kakaknya dan menanyakan keadaan anak perempuan yang dulu ia pernah lahirkan dan harus terpisahkan. 

“Aku berharap masih mempunyai kesempatan kedua untuk merawatnya. Sungguh, aku sangat mencintainya dan merindukannya ada di pelukanku”.

L kembali ke kota Yogya setelah suaminya menyelesaikan pekerjaannya di kota J. L kembali ke kota dimana ia melewati masa-masa terberat yang pernah dijalani. Namun L tidak pernah putus asa, ia melihat anak-anaknya sebagai pemicu semangat dia untuk selalu bangkit ketika sedang terpuruk. L mencoba membantu perekonomian keluarga dengan membuka sebuah warung makan dan membeli sebuah rumah untuk ia dan beserta suami dan anak-anaknya tempati. Suami L sangat mngerti bakat L dibidang memasak dan memberinya modal untuk membuka usaha dibidang makanan. Suami L juga meminta kerelaan L untuk menutup auratnya sebagai wujud cintanya kepada Tuhan dan kepatuhannya kepada suaminya. L pun menyanggupi dengan bahagia, hidupnya kini seakan terarah dan berjalan dengan baik. Pertengahan tahun 20xx, L mendapatkan kabar dr kakaknya bahwa anak perempuannya  diterima di sebuah perguruan tinggi swasta di Yogya dan ia meminta agar anaknya bisa tinggal dan dirawat oleh L. Apa yang L minta tentang kesempatan kedua akhirnya Tuhan berikan disaat L tidak mampu berencana apapun. Ya, Tuhan telah mendengar doa dari seorang ibu bernama L. Kini L bisa merawat anak perempuannya yang telah terpisah selama 18 tahun di rumahnya sendiri, dengan keadaan yang jauh berbeda. Batin L jauh lebih tertata. Pertemuanpun akhirnya tiba. Ditatapnya sosok yang selama ini ia nantikan, sekilas ada kemiripan diantara mereka. L pun menyadari bahwa ia telah mendapatkan kesempatan kedua tersebut.

“Biarlah itu tersimpan rapat untukku dan keluarga besarku mengenai hal itu demi masa depan anakku. Bagiku kembali merawat buah hati yang telah lama berpisah dariku jauh lebih berarti untukku tanpa perlu ia tahu bahwa aku ibu kandungnya.”

Apa yang dialami L memang tidak mudah, terlebih ia harus mengikhlaskan jati dirinya sebagai ibu kandung dari anak perempuan yang kini ia rawat setelah berpisah hampir 18 tahun demi kepentingan jiwa dan masa depan anaknya. L cukup bersyukur dipertemukan kembali dengan anak perempuannya dan menjalani hidupnya bersama anak-anaknya. So readers, Tuhan itu maha mendengar. Dia mendengar semua doa kita dan harapan kita akan kesempatan kedua. Kita tidak akan pernah tahu kapan kesempatan kedua itu akan datang, namun kita harus yakin bahwa suatu saat kita akan mendapatkannya di waktu yang tepat. Belajarlah dari kegagalan, karena kegagalan adalah guru terbaik dalam hidup ini.

RIS


Sebuah Rencana Tuhan...

Dear Readers,

Percayakah readers dengan rencana Tuhan? Well..untuk yang satu itu mungkin banyak diantara kita yang cenderung berpasrah diri dengan rencana Tuhan. Rencana sering dilihat sebagai wacana yang mudah untuk dirancang namun terkadang sulit untuk direalisasikan. Lalu bagaimana dengan yg dimaksud rencana Tuhan??  Tuhan adalah segalanya, sebuah tempat dimana akhirnya kita mengadu segala keluh kesah permasalahan yang dihadapi. Sering kita mengambil jalan pintas untuk menyelesaikan sebuah masalah dengan meninggalkan peran Tuhan dalam hidup kita. Padahal, Tuhan tahu apa yang sedang kita rencanakan dan yang akan diperbuat. Tuhan melihat kita dari jauh, menilai sebesar apa kita melibatkan Tuhan dalam segala unsur kehidupan.

Dalam kebahagiaan yang kita rasakan seringkali kita lupa untuk bersyukur bahwa smua itu adalah rencana Tuhan yang terealisasikan dengan apik. Namun jika kesusahan dan kemalangan datang, kita bahkan sering menghujat Tuhan dan bukan berpkir positif akan rencana Tuhan dibalik smua itu. Di dalam 2 hal yang kontras tersebut, Tuhan sebenarnya sudah hadir dalam kehidupan nyata kita. Dia bersama kita dalam suka dan duka, dalam sehat dan sakit namun kita lupa akan indahnya rencana Tuhan untuk kita. Tuhan tidak serta merta memberikan kita petunjuk tentang jalan mana yg harus kita pilih dan keputusan apa yang harus diambil, namun Tuhan hadir dalam suara hati kita yang paling dalam. Suara yang menenangkan dan tidak memaksa, suara yang indah dan begitu lembut, dr tempat yang jauh dalam hati nurani kita. Seringkali kita tidak mndengarkan suara itu dan menggunakan segala daya pkir dan ego yang berperan. Dan disaat kesusahan dan kemalangan yang kita alami, kita baru menyadari hal itu.

Kelahiran dan kematian adalah contoh nyata rencana Tuhan. Kelahiran sering disimbolisasikan sebagai bentuk syukur akan hadirnya manusia baru yang akan meneruskan kehidupan. Dalam kelahiran, manusia menyambut dengan suka cita, puja dan puji dipanjatkan atas lahirnya si buah hati. Maka wajarlah diantara kita menyambut dengan syukur rencana Tuhan dalam kelahiran ini. Berbeda halnya dengan kematian. Kematian sering dianggap sebuah moment dimana manusia harus bisa merelakan seseorang untuk kembali ke tempatnya. Kesanggupan untuk bersikap ikhlas terkadang menjadi salah satu hal yang paling berat untuk dihadapi. "Aku belum siap jadi janda di usia muda, anak-anakku msh sangat kecil, aku sungguh tidak mampu", Ny. H, Yogya.

Kematian merupakan hal yang tidak mungkin dihindari oleh semua umat ciptaan Tuhan. Kematian adalah proses akhir manusia di dunia untuk kembali ke riba'anNya. Dan ketika kita sampai pada saat tersebut kita sering mengalami goncangan jiwa karena kita menyadari bahwa orang yang kita cintai benar-benar sudah pergi dan tidak mungkin kembali lg bersama kita. Disinilah kita sering lupa bahwa Tuhan merencanakan  kematian untuk mengingatkan kita bahwa Tuhan sedang menyiapkan rencana indah stelah kematian dari orang yang kita cintai. Tuhan memberikan kita ujian dan reward atas apa yang kita telah lakukan. Jika kita bisa menyikapi kematian dengan keikhlasan hati maka kita akan berhak mendapatkan reward dr Tuhan.

Apa yang dialami oleh Ny. H di Yogya merupakan bentuk goncangan jiwa yang dinilai cukup wajar. Namun, hal ini bisa tidak wajar jika tidak diimbangi dengan proses pengikhlasan hati. Kematian adalah proses terlepasnya ruh manusia menuju riba'anNya, ruh yang tenang untuk meninggalkan orang-orang yang dicintainya. Maka selayaknya kita yang ditinggalkan mampu untuk berbuat yg sama, yakni mengikhlaskan agar ruh tersebut tenang melihat kita mampu menjalani hidup kita kembali. Dibalik semua itu Tuhan akan memberikan kita sebuah rencana indah yang tak mampu kita lihat selain kita jalani semuanya dengan baik. Tahun-tahun setelah kehilangan orang yang kita cintai, kita akan brsiap melihat rencana Tuhan melalui anak-anak yang semakin tumbuh besar dan sehat. Anak-anak yang semakin pintar dan dewasa akan menghantarkan kita untuk berucap syukur atas rencana Tuhan yang begitu apik tersimpan yang mungkin tidak pernah kita pikirkan.

So Readers, hayati dan maknai hidup ini dengan indah. Ucaplah syukur atas suka maupun duka yang kita rasakan. Karena segala apapun yang kita rencanakan dengan matang akan kembali kepada Tuhan sebagai hasil akhirnya. Tuhan akan mendewasakan kita dengan proses yang ada. Maka kita harus percaya bahwa rencana Tuhan memang ADA !!!


RIS